Tuesday, April 24, 2007

Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam yang disebabkan virus dengue. Diagnosis dari demam berdarah dengue berdasarkan criteria WHO dimulai dengan demam mendadak terus menerus yang berlangsung lebih dari 48 jam, terjadi perdarahan spontan atau dengan tes Rumplee – Leede, Hepatomegali atau pembesaran hati, penurunan trombosit (trombositopenia) dan terjadi hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit).

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegyti. Masa inkubasi demam berdarah dengue antara 7 – 10 hari.

Pengobatan demam berdarah dengue ini yang utama adalah pemberian cairan yang kontinu dengan infus. Pemberian trombosit pada demam berdarah dengue tidak menjadi keharusan, karena hal ini sebenarnya dapat terkoreksi dengan sendirinya dengan pemberian cairan yang baik.

Pemberantasan demam berdarah dengue yang menyeluruh adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk secara kolektif. Gerakan ini harus dilakukan secara bersamaan pada wilayah hunian yang seluas mungkin. Sebagai contoh bila hanya satu atau dua kelurahan saja yang melakukan pemberantasan sarang nyamuk sedangkan pada kelurahan tetangga tidak, maka hala ini akan sia – sia.

Tindakan semprot nyamuk hanya membunuh nyamuk dewasa saja, jadi tidak pada jentik nyamuk, hal inipun akan sia – sia.

to contact us, pls call me @ 08129764035 dan 021-93848352

Tuesday, April 17, 2007

Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada organ hati. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab antara lain obat-obatan, virus, bakteri, protozoa, bahan kimia, kelebihan kerja. Gejala yang dialami mulai dari lemas – lemas, mual, kembung, mata kuning dan buang air kecil berwarna kuning tua hingga coklat seperti teh botol.

Pada kebanyakan di masyarakat jika mendengar nama hepatitis yang terbanyang sebagai penyebabnya adalah hepatitis virus. Hal ini tidak salah karena yang menjadi terbanyak memang hepatitis virus. Virus hepatitis yang daapt menyerang hati ini adalah Virus hepatitis A, Virus hepatitis B dan Virus Hepatitis C.

Pada virus Hepatitis A penularan terjadi melalui makan dan minuman yang tercemar virus hepatitis A, sedangkan virus Hepatitis B dan C penularan melalui darah dan cairan sperma atau vagina.

Pengobatan hepatitis virus ini, pada keadaan akut adalah dengan bed rest atau istirahat di tempat tidur total.

Pada Hepatitis virus B dan C, virus ini dapat menyebabkan kondidis hepatitis virus yang kronik, yang mana pada akhirnya dapat menjadi hepatitis kronik berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hal ini dapr dihambat dengan berbagai pengobatan yang memakan waktu dan biaya yang tidak kecil. Suatu hal yang menguntungkan pada hepatitis virus A dimana proses kronik ini tidak terjadi.

Monday, April 16, 2007

Jangan Remehkan Sakit Perut

Selama ini, Christine, 27 tahun, menganggap sembelit dan diare adalah bagian dari kehidupan normalnya (meski sebenarnya dua hal ini tak bisa dibilang normal). “Setiap bulan, saya pasti mengalami salah satu di antaranya. Entah seminggu tidak bisa ke belakang, atau sebaliknya, seminggu menderita diare. Mengganggu memang. Tapi saya sendiri tak mengerti penyebabnya. Sejauh obat diare dan pelancar buang air besar masih bisa diandalkan, yang bisa saya lakukan adalah bersiap menanti hari 'besar' itu,” kisahnya. Gangguan yang kesannya lumrah memang tampak begitu mudah diatasi. Namun, sebenarnya ada satu kelainan cukup serius yang bisa jadi merupakan muara dari semua keluhan yang Anda rasakan. Cosmo memperkenalkan Anda dengan gangguan bernama irritable bowel syndrome (IBS), yang dalam istilah bahasa Indonesia sering juga disebut dengan kelainan fungsional usus. Simak juga penjelasan dari Dr. Imran Nito, Sp.PD, Spesialis Penyakit Dalam dari RS Omni Medical Center, Pulomas, Jakarta.

Sepele Tapi Mengganggu

Sesuai dengan namanya, irritable bowel syndrome adalah suatu kelainan yang sifatnya cukup mengganggu, yang menyerang daerah usus besar. “Sebelumnya, Anda perlu membedakan antara IBS dengan satu gangguan lainnya yang bernama inflammatory bowel disease (IBD). IBD adalah suatu gangguan fungsional yang terjadi di daerah usus besar, yang bila diteropong dengan colonoscopy akan terlihat adanya kerusakan sel,” jelas Dr. Imran. “Tetapi, dalam kasus IBS, bila dilakukan pemeriksaan colonoscopy, tidak akan ditemukan kerusakan apa pun.”

Gejala atau keluhan yang menyertai IBS antara lain adalah sakit perut atau kram perut, sembelit atau diare selama beberapa hari, perut yang kembung, dan juga mulas. “Keluhan ini bisa datang silih berganti. Misalnya saja, Anda menderita diare dan sembelit bergantian. Keluhan ini datang tanpa adanya kelainan organ. Bukan karena adanya infeksi, diet makanan tertentu, atau minum obat,” papar Dr. Imran. Keluhan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Bisa berkaitan dengan riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Jika Anda pernah mengalami infeksi usus, cacingan, atau mengidap typhus beberapa tahun silam, bisa jadi pada akhirnya Anda akan mengidap IBS. Selain itu, perubahan pola makan atau adanya alergi makanan juga bisa berkaitan dengan timbulnya penyakit ini.

Yang tidak ketinggalan pentingnya adalah faktor psikososial, seperti misalnya stres. Seperti halnya penyakit maag yang bisa dipicu oleh tekanan pada psikologis seseorang, IBS pun bisa disebabkan karena deraan stres. “Tanggapan seseorang terhadap stimulus dari luar bisa berbeda-beda. Bisa saja seseorang menanggapi stres dengan kekhawatiran dan debaran jantung yang makin cepat, sementara yang lainnya akan menderita IBS. Tidak diketahui bagaimana persisnya seseorang bisa demikian,” kata Dr. Imran.

Meski sudah ada keluhan dan penyebabnya sudah ditemukan, Anda tak bisa segera menyatakan diri Anda mengidap IBS. Pasalnya, ada kriteria yang perlu dipenuhi untuk menegakkan diagnosis akan penyakit ini, yang disebut Kriteria Rome II. Kriteria ini menyatakan bahwa Anda setidaknya 12 minggu dalam 12 bulan terakhir (tidak perlu secara terus-menerus) mengalami rasa sakit atau tak nyaman di perut, dengan diikuti oleh dua dari tiga gejala ini: rasa sakit atau tak nyaman itu hilang setelah buang air besar, perubahan pada frekuensi buang air besar, dan/atau perubahan pada bentuk feses. Kepastian bahwa Anda menderita IBS datang dari dokter, setelah melakukan pemeriksaan yang seksama. “Biasanya, dokter akan menelusuri dulu keluhan pasien. Sering kali, pasien sudah terburu berprasangka buruk. Ketika ia kembali menderita gangguan yang sama di bulan selanjutnya, misalnya saja diare, ia terburu menyalahkan sang Dokter yang tidak bisa menyembuhkannya dan setelahnya pindah ke dokter yang lain. Ini adalah salah satu faktor yang membuat penyakit ini sulit untuk dideteksi,” tutur Dr. Imran. Bisa jadi juga, Anda tidak begitu menyadari bahwa gangguan sembelit yang Anda derita, sebagai contoh, merupakan suatu gangguan yang terjadi secara rutin dan memiliki irama tertentu. Padahal, bila lamanya Anda menderita sembelit itu dikumpulkan, bisa jadi akan mencapai 12 minggu dalam satu tahun. “Memang, irritable bowel syndrome bukan suatu gangguan yang mematikan. Tetapi, bila ini berlangsung terus, pastinya hidup Anda dan pekerjaan Anda pun bisa terganggu,” tambah Dr. Imran.

Wanita Lebih Rentan

Kelainan fungsional usus konon lebih banyak diderita oleh golongan dewasa muda hingga usia 30-40 tahun. Yang menarik, jumlah penderitanya di wilayah perkotaan pun semakin meningkat. Selain itu, sekitar duapertiga dari penderitanya ternyata adalah wanita. Hal ini kemungkinan dikarenakan wanita memang secara psikologis merupakan kaum yang lebih sensitif. “Di negara-negara maju, jumlah wanita penderita IBS sudah mencapati tigaperempat dari jumlah populasi keseluruhan. Dari angka itu, hanya sekitar 20-30% yang berkonsultasi pada dokter. Artinya, keluhan ini memang sebenarnya cenderung ringan, sehingga orang kebanyakan merasa bisa mengatasinya dengan obat bebas yang dijual di pasaran,” papar Dr. Imran.

Jadi, ada baiknya Anda mulai meningkatkan kesadaran diri sejak kini. Bila sejauh pengamatan Anda sering mengalami keluhan-keluhan yang merupakan gejala khas IBS dalam irama yang cukup sering dan teratur, ada baiknya Anda segera berkunjung ke dokter dan memaparkan keluhan Anda secara menyeluruh. Hal ini akan sangat membantu proses pengobatan Anda. Pengobatan terhadap IBS bersifat simptomatik, artinya mengobati sesuai dengan gejala yang menonjol. Kemungkinan untuk sembuh 100% bergantung pada kondisi pasien itu sendiri. Terutama, bila ini berkaitan dengan faktor psikososial. Bila Anda termasuk orang yang sensitif, dokter mungkin akan bekerjasama dengan spesialis kejiwaan, agar latar belakang kejiwaan Anda pun bisa dilihat. “Yang perlu diingat, IBS merupakan gangguan penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor. Jadi, untuk menyembuhkannya pun tidak mudah,” tutup Dr. Imran.



Source : Cosmo

Monday, April 9, 2007

Hidup Sehat demi Jantung Anda

Kompas

Minggu, 04 Maret 2007

Hidup Sehat demi Jantung Anda

SUSI IVVATY

Banyak orang mengerti dan menyadari, pengaturan pola hidup dan pola makan sangat berpengaruh pada kesehatan. Namun ternyata, banyak orang sulit melakukannya. Orang cenderung suka makan enak, malas berolahraga, bahkan merokok pula. Akibatnya, kolesterol tinggi yang bisa merembet pada obesitas serta penyakit jantung koroner.

Dalam pandangan dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Omni Medical Center Jakarta, dr Imran Nito Sp PD, kampanye pola hidup sehat harus terus didengungkan agar orang tak lengah. Pola hidup tak sehat buntutnya berisiko pada jantung.

Penyakit jantung koroner, misalnya, terjadi karena pola hidup yang tak sehat dan menciderai pembuluh darah. Hal-hal yang bisa berakibat bagi jantung adalah obesitas, hipertensi, diabetes meletus, hiperkolesterol, rokok, dan asam urat.

"Semuanya itu bisa dihindari atau diminimalisir dengan pola hidup sehat, mengatur pola makan," ujarnya.

Kenali kolesterol

Kolesterol sebenarnya tidak selamanya jahat. Ada kolesterol-LDL yang disebut sebagai kolesterol jahat atau lawan dan kolesterol-HDL sebagai kolesterol baik atau kawan. Makin tinggi kolesterol lawan, makin tinggi risiko terkena jantung koroner.

"Menurut penelitian, makin gemuk seseorang makin bertambah kadar kolesterolnya. Makin tinggi kolesterol, maka makin tinggi pula risiko kematiannya. Sebaliknya, makin rendah kolesterolnya makin jauh dia dari sakit jantung koroner," kata Imran.

Jika LDL diturunkan satu persen, risiko terkena penyakit jantung koroner bisa turun pula satu persen. Sebaliknya, jika HDL naik satu persen, kesempatan sehat bisa naik tiga persen. Oleh karena itulah, sebaiknya orang berusaha menaikkan kadar HDL.

Ada beberapa cara nonfarmakologis yang diperkirakan dapat meningkatkan kadar kolesterol-HDL, salah satunya adalah mengubah gaya hidup. Ini antara lain bisa dilakukan dengan berolahraga teratur dan terukur, mengurangi asupan rokok, dan mengurangi berat badan.

Imran menuturkan, pola hidup sehat adalah jawaban dari semua kekhawatiran tentang hiperkolesterol dan imbasnya terhadap jantung koroner. Ia menyebutkan, seorang perokok berisiko terkena penyakit jantung koroner sebanyak 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok. Penderita hipertensi berisiko terkena penyakit jantung tiga kali, sedangkan penderita hiperkolesterol (330 mg/dl) empat kali.

Jika seorang penderita hipertensi sekaligus perokok, maka risikonya bertambah menjadi 4,5 kali. Jika penderita hiperkolesterol juga perokok, risiko menjadi enam kali. Sedangkan pada penderita hipertensi yang juga hiperkolesterol, risikonya berlipat menjadi sembilan kali.

Kondisi paling parah adalah bila seseorang menderita hipertensi, hiperkolesterol, dan perokok. Risiko terkena jantung koronernya mencapai 16 kali dibandingkan seorang yang sehat.

"Ada istilah primary prevention, artinya siap-siap jangan terkena sakit jantung. Ada pula secondary prevention bagi yang pernah terkena sakit jantung dan selamat. Dia harus lebih hati-hati dan menjaga kesehatan," kata Imran.

Menjaga berat badan

Menurut Imran, setiap orang mempunyai strategi berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol. Namun, beberapa syarat sebaiknya dipenuhi, antara lain menjaga berat badan agar ideal, berhenti merokok, mengukur kadar gula darah secara teratur (misalnya sekali setahun), mengukur tekanan darah secara teratur, berolahraga secara teratur, dan diet seimbang (dengan pola makan empat sehat lima sempurna).

"Soal menjaga berat badan ini kan masing-masing orang mempunyai strategi. Salah satunya dengan mengatur makanan. Biasanya, tanpa disadari, kalau makan orang sering kali mengonsumsi terlalu banyak nasi. Padahal justru porsi nasi sebaiknya dikurangi. Lalu, lauk dan sayur juga harus sama beratnya. Jangan Anda mengambil ayam dua potong, tetapi mengonsumsi sayur sedikit sekali," papar Imran.

Untuk berolahraga, setiap orang juga mempunyai kecenderungan berbeda. Ada orang menyukai olahraga yang berbau permainan dan kental unsur hiburan, tetapi ada pula yang gemar olahraga berat.

Widia Saraswati, Pemimpin Redaksi Tabloid Senior mengatakan, olahraga paling efektif untuk penurunan kadar kolesterol dan gula darah adalah berjalan kaki selama minimal 30 menit tanpa jeda. Olahraga bagi non-olahragawan sebaiknya dilakukan minimal dua kali sepekan. Ini mengingat efek termis olahraga akan hilang selama 72 jam.

Widia menambahkan, selama ini Jepang dikenal sebagai negara yang rendah kasus jantung koronernya. Ini karena penduduknya kerap mengonsumsi ikan yang tak digoreng.

Thursday, April 5, 2007

Hi

hi ....
my name's Imran. This is my first post.