Monday, April 16, 2007

Jangan Remehkan Sakit Perut

Selama ini, Christine, 27 tahun, menganggap sembelit dan diare adalah bagian dari kehidupan normalnya (meski sebenarnya dua hal ini tak bisa dibilang normal). “Setiap bulan, saya pasti mengalami salah satu di antaranya. Entah seminggu tidak bisa ke belakang, atau sebaliknya, seminggu menderita diare. Mengganggu memang. Tapi saya sendiri tak mengerti penyebabnya. Sejauh obat diare dan pelancar buang air besar masih bisa diandalkan, yang bisa saya lakukan adalah bersiap menanti hari 'besar' itu,” kisahnya. Gangguan yang kesannya lumrah memang tampak begitu mudah diatasi. Namun, sebenarnya ada satu kelainan cukup serius yang bisa jadi merupakan muara dari semua keluhan yang Anda rasakan. Cosmo memperkenalkan Anda dengan gangguan bernama irritable bowel syndrome (IBS), yang dalam istilah bahasa Indonesia sering juga disebut dengan kelainan fungsional usus. Simak juga penjelasan dari Dr. Imran Nito, Sp.PD, Spesialis Penyakit Dalam dari RS Omni Medical Center, Pulomas, Jakarta.

Sepele Tapi Mengganggu

Sesuai dengan namanya, irritable bowel syndrome adalah suatu kelainan yang sifatnya cukup mengganggu, yang menyerang daerah usus besar. “Sebelumnya, Anda perlu membedakan antara IBS dengan satu gangguan lainnya yang bernama inflammatory bowel disease (IBD). IBD adalah suatu gangguan fungsional yang terjadi di daerah usus besar, yang bila diteropong dengan colonoscopy akan terlihat adanya kerusakan sel,” jelas Dr. Imran. “Tetapi, dalam kasus IBS, bila dilakukan pemeriksaan colonoscopy, tidak akan ditemukan kerusakan apa pun.”

Gejala atau keluhan yang menyertai IBS antara lain adalah sakit perut atau kram perut, sembelit atau diare selama beberapa hari, perut yang kembung, dan juga mulas. “Keluhan ini bisa datang silih berganti. Misalnya saja, Anda menderita diare dan sembelit bergantian. Keluhan ini datang tanpa adanya kelainan organ. Bukan karena adanya infeksi, diet makanan tertentu, atau minum obat,” papar Dr. Imran. Keluhan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Bisa berkaitan dengan riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Jika Anda pernah mengalami infeksi usus, cacingan, atau mengidap typhus beberapa tahun silam, bisa jadi pada akhirnya Anda akan mengidap IBS. Selain itu, perubahan pola makan atau adanya alergi makanan juga bisa berkaitan dengan timbulnya penyakit ini.

Yang tidak ketinggalan pentingnya adalah faktor psikososial, seperti misalnya stres. Seperti halnya penyakit maag yang bisa dipicu oleh tekanan pada psikologis seseorang, IBS pun bisa disebabkan karena deraan stres. “Tanggapan seseorang terhadap stimulus dari luar bisa berbeda-beda. Bisa saja seseorang menanggapi stres dengan kekhawatiran dan debaran jantung yang makin cepat, sementara yang lainnya akan menderita IBS. Tidak diketahui bagaimana persisnya seseorang bisa demikian,” kata Dr. Imran.

Meski sudah ada keluhan dan penyebabnya sudah ditemukan, Anda tak bisa segera menyatakan diri Anda mengidap IBS. Pasalnya, ada kriteria yang perlu dipenuhi untuk menegakkan diagnosis akan penyakit ini, yang disebut Kriteria Rome II. Kriteria ini menyatakan bahwa Anda setidaknya 12 minggu dalam 12 bulan terakhir (tidak perlu secara terus-menerus) mengalami rasa sakit atau tak nyaman di perut, dengan diikuti oleh dua dari tiga gejala ini: rasa sakit atau tak nyaman itu hilang setelah buang air besar, perubahan pada frekuensi buang air besar, dan/atau perubahan pada bentuk feses. Kepastian bahwa Anda menderita IBS datang dari dokter, setelah melakukan pemeriksaan yang seksama. “Biasanya, dokter akan menelusuri dulu keluhan pasien. Sering kali, pasien sudah terburu berprasangka buruk. Ketika ia kembali menderita gangguan yang sama di bulan selanjutnya, misalnya saja diare, ia terburu menyalahkan sang Dokter yang tidak bisa menyembuhkannya dan setelahnya pindah ke dokter yang lain. Ini adalah salah satu faktor yang membuat penyakit ini sulit untuk dideteksi,” tutur Dr. Imran. Bisa jadi juga, Anda tidak begitu menyadari bahwa gangguan sembelit yang Anda derita, sebagai contoh, merupakan suatu gangguan yang terjadi secara rutin dan memiliki irama tertentu. Padahal, bila lamanya Anda menderita sembelit itu dikumpulkan, bisa jadi akan mencapai 12 minggu dalam satu tahun. “Memang, irritable bowel syndrome bukan suatu gangguan yang mematikan. Tetapi, bila ini berlangsung terus, pastinya hidup Anda dan pekerjaan Anda pun bisa terganggu,” tambah Dr. Imran.

Wanita Lebih Rentan

Kelainan fungsional usus konon lebih banyak diderita oleh golongan dewasa muda hingga usia 30-40 tahun. Yang menarik, jumlah penderitanya di wilayah perkotaan pun semakin meningkat. Selain itu, sekitar duapertiga dari penderitanya ternyata adalah wanita. Hal ini kemungkinan dikarenakan wanita memang secara psikologis merupakan kaum yang lebih sensitif. “Di negara-negara maju, jumlah wanita penderita IBS sudah mencapati tigaperempat dari jumlah populasi keseluruhan. Dari angka itu, hanya sekitar 20-30% yang berkonsultasi pada dokter. Artinya, keluhan ini memang sebenarnya cenderung ringan, sehingga orang kebanyakan merasa bisa mengatasinya dengan obat bebas yang dijual di pasaran,” papar Dr. Imran.

Jadi, ada baiknya Anda mulai meningkatkan kesadaran diri sejak kini. Bila sejauh pengamatan Anda sering mengalami keluhan-keluhan yang merupakan gejala khas IBS dalam irama yang cukup sering dan teratur, ada baiknya Anda segera berkunjung ke dokter dan memaparkan keluhan Anda secara menyeluruh. Hal ini akan sangat membantu proses pengobatan Anda. Pengobatan terhadap IBS bersifat simptomatik, artinya mengobati sesuai dengan gejala yang menonjol. Kemungkinan untuk sembuh 100% bergantung pada kondisi pasien itu sendiri. Terutama, bila ini berkaitan dengan faktor psikososial. Bila Anda termasuk orang yang sensitif, dokter mungkin akan bekerjasama dengan spesialis kejiwaan, agar latar belakang kejiwaan Anda pun bisa dilihat. “Yang perlu diingat, IBS merupakan gangguan penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor. Jadi, untuk menyembuhkannya pun tidak mudah,” tutup Dr. Imran.



Source : Cosmo

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home